1). Berpikir dangkal merupakan pemikiran kebanyakan manusia. Berpikir mendalam
terdapat pada para ulama intelektual). Sedangkan berpikir cemerlang merupakan
pemikiran para pemimpin dan orang-orang yang berpikir cemerlang dari kalangan
para ulama dan umumnya manusia.Berpikir dangkal adalah hanya memindahkan fakta
ke dalam otak, tanpa membahas fakta lainnya, atau tanpa berusaha mengindera
hal-hal yang berkaitan dengan fakta tersebut, kemudian mengaitkan penginderaan
tersebut dengan informasi-informasi yang berkaitan dengannya. Juga tanpa ada
usaha mencari informasi-informasi lain yang berkaitan dengan fakta. Kemudian
setelah itu keluarlah keputusan yang dangkal terhadap fakta tersebut. Pemikiran
seperti ini kerap terdapat pada berbagai kelompok manusia, orang-orang yang
rendah taraf berpikirnya, serta orang-orang cerdas yang tidak terpelajar.
2). berpikir mendalam adalah mendalam dalam berpikir. Maksudnya mendalam dalam
mengindera suatu fakta, dan mendalam dalam informasi yang berkaitan dengan
penginderaan tersebut untuk memahami suatu fakta. Jadi berpikir mendalam tidak
hanya sekedar mengindera sesuatu dan tidak cukup dengan hanya informasi awal
untuk mengaitkannya dengan penginderaan, seperti halnya pada berpikir yang
dangkal. Berpikir
mendalam dilakukan dengan mengulang penginderaan fakta dan berusaha
menginderanya lebih banyak dari penginderaan sebelumnya, baik dengan jalan
percobaan atau dengan mengulang penginderaan. Berpikir mendalam juga dilakukan
dengan mengulang pencarian informasi-informasi lain di samping
informasi-informasi awal yang telah ada.
Berpikir mendalam juga dilakukan dengan mengulang pengaitan informasi dengan
fakta secara lebih banyak dari yang telah dilakukan sebelumnya. Baik dengan
cara mengamatinya dengan berulang-ulang atau dengan mengulangi kembali
pengaitan tersebut. Dengan demikian, dari tipe penginderaan, pengaitan dan
informasi yang seperti ini, akan dihasilkan pemikiran-pemikiran yang mendalam
baik merupakan kebenaran maupun bukan kebenaran. Dan dengan mengulang-ulang dan
membiasakannya maka akan terwujudlah proses berpikir secara mendalam. Berpikir
mendalam adalah berpikir yang tidak cukup dengan sekedar penginderaan pertama,
informasi yang pertama/awal, serta pengaitan yang pertama antara informasi
dengan fakta. Berpikir mendalam merupakan langkah kedua setelah berpikir
dangkal. Berpikir mendalam merupakan pemikiran para ulama (intelektual) dan
para pemikir, meskipun tidak harus merupakan pemikiran kaum terpelajar. Jadi,
berpikir mendalam adalah mendalam dalam penginderaan, informasi, dan pengaitan.
3). Berpikir cemerlang adalah berpikir mendalam itu sendiri ditambah dengan
memikirkan segala sesuatu yang ada di sekitar fakta dan yang berkaitan dengan
fakta untuk bisa sampai kepada kesimpulan yang benar. Dengan kata lain berpikir
mendalam adalah mendalam dalam berpikir itu sendiri, sedangkan berpikir cemerlang
adalah selain mendalam dalam berpikir, juga memikirkan segala sesuatu yang ada
di sekitar fakta dan yang berkaitan dengan fakta, untuk sampai kepada tujuan
tertentu, yaitu kesimpulan yang benar. Karena itu setiap proses berpikir
cemerlang merupakan proses berpikir mendalam. Tetapi tidak mungkin proses
berpikir cemerlang berasal dari berpikir dangkal. Dan tidak setiap berpikir
mendalam merupakan berpikir cemerlang. Sebagai contoh adalah seorang ahli atom
yang meneliti pembelahan atom, ahli kimia yang meneliti susunan segala sesuatu
(senyawa), serta seorang fakih yang membahas penggalian hukum dan pembuatan
ndang-undang. Mereka dan orang semisalnya, ketika membahas benda-benda dan
hal-hal tersebut, mereka membahasnya dengan mendalam.
Andaikata tidak terdapat kedalaman dalam berpikir tentu mereka tidak akan
mendapat kesimpulan yang gemilang. Tetapi meski demikian mereka tidak termasuk
para pemikir yang cemerlang. Juga pemikiran mereka tidak disebut pemikiran
cemerlang. Karena itu, tidaklah mengherankan jika Anda menemukan seorang
ilmuwan atom telah menyembah kayu (salib), padahal bila ia berpikir secara
cemerlang sedikit saja, dia akan menyimpulkan bahwa kayu tersebut tidak bisa
memberikan manfaat atau mudharat, dan bahwa kayu bukan termasuk sesuatu yang layak
disembah. Begitu juga bukan hal yang aneh jika Anda
menemukan orang yang ahli undang-undang yang mempercayai adanya orangorang suci
dan dia menyerahkan dirinya kepada orang suci tersebut agar bisa mengampuni
dosa-dosanya. Hal ini disebabkan kedua macam orang tersebut dan yang semisalnya
memang berpikir mendalam tapi tidak cemerlang. Andaikata mereka berpikir secara
cemerlang, maka meraka tidak akan menyembah kayu dan tidak akan mempercayai
adanya orang-orang yang suci dan meminta ampunan dari mereka. Benar, orang yang
berpikir mendalam hanyalah mendalam pada objek yang dia pikirkan, bukan pada
yang lainnya. Maka bisa saja seseorang berpikir mendalam ketika memikirkan
pembelahan atom atau pembuatan undangundang, tetapi berpikir dangkal dalam hal
lainnya. Benar faktanya memang
demikian.
Tetapi ketika seseorang membiasakan berpikir mendalam, ini akan menjadikannya
berpikir mendalam pada hal-hal lain di luar objek yang dia pikirkan, terutama
pada perkara-perkara yang berkaitan dengan masalah besar (al-uqdatul kubro)
atau cara pandang dalam kehidupan. Tapi tiadanya kecemerlangan dalam berpikir,
akan menjadikannya terbiasa berpikir mendalam saja, atau terbiasa berpikir
dangkal, dan bahkan akan terbiasa berpikir rendah (at-tafkir as-sakhif, stupid
thinking). Karena itu berpikir mendalam saja tidak cukup untuk membangkitkan
manusia dan meningkatkan taraf berpikir mereka, melainkan harus ada
kecemerlangan dalam berpikir sehingga terwujudlah keluhuran dalam berpikir
(kebangkitan).